THE VOTERS – JAKARTA, Presenter kawakan Ruben Onsu tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Ruben jatuh pingsan sesaat sebelum mengisi sebuah acara di Majalengka. Penyebab dropnya Ruben diduga bukan karena hanya kelelahan, tetapi Ruben terindikasi mengidap Sindrom Empty Sella atau Empty Sella Syndrome (ESS).
Dikutip dari Verywell Health, berikut adalah enam hal penting yang perlu Anda ketahui tentang Sindrom Empty Sella (ESS) yang dilansir Tempo.
1. Pengertian Sindrom Empty Sella
Sindrom Empty Sella adalah kondisi di mana sella turcica, sebuah struktur tulang di dasar otak yang biasanya berisi kelenjar pituitari, terlihat kosong atau hampir kosong saat diperiksa menggunakan teknik pencitraan seperti MRI atau CT scan. Kondisi ini dapat terjadi karena kelenjar pituitari mengecil atau terdorong ke dinding sella turcica.
2. Gejala yang Mungkin Timbul
Banyak individu dengan ESS tidak mengalami gejala sama sekali. Namun, beberapa mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, atau gangguan hormon yang disebabkan oleh fungsi pituitari yang tidak normal. Gejala lainnya bisa termasuk kelelahan, penurunan libido, dan gangguan menstruasi pada wanita.
3. Jenis-jenis Sindrom Empty Sella
ESS terbagi menjadi dua kategori yaitu primer dan sekunder. ESS primer biasanya terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas dan sering ditemukan secara kebetulan saat pencitraan otak untuk alasan lain. ESS sekunder terjadi akibat kondisi lain seperti tumor pituitari, terapi radiasi, atau pembedahan yang mempengaruhi kelenjar pituitari.
4. Diagnosa Sindrom Empty Sella
ESS sering didiagnosis melalui pencitraan otak seperti MRI atau CT scan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi sella turcica dan melihat apakah kelenjar pituitari berada dalam ukuran dan posisi normal. Dokter juga mungkin memeriksa kadar hormon dalam darah untuk memastikan fungsi pituitari.
5. Pengobatan
Pengobatan untuk ESS tergantung pada gejala yang dialami. Jika ESS tidak menimbulkan gejala, biasanya tidak diperlukan pengobatan khusus. Namun, jika ada gangguan hormon, terapi hormon mungkin diperlukan. Dalam kasus sakit kepala atau gangguan penglihatan, perawatan simptomatik mungkin diberikan.
6. Prognosis dan Komplikasi
Banyak orang dengan ESS dapat menjalani kehidupan normal tanpa komplikasi serius. Namun, penting untuk melakukan pemantauan rutin terhadap fungsi pituitari, terus ada gejala atau kondisi medis lain yang menyertai. Pada kasus yang jarang, ESS dapat menyebabkan komplikasi seperti kebocoran cairan serebrospinal.
Tinggalkan Balasan