THE VOTERS – INDONESIA, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 9,9 juta atau 22,25% dari total anak muda Indonesia berusia 15 hingga 24 tahun (Gen Z) tergolong dalam kategori NEET (not in employment, education, and training).
Mereka termasuk dalam angkatan kerja tetapi menganggur, tidak sedang sekolah atau mengikuti pelatihan, dan bukan kelompok angkatan kerja karena mengurus rumah tangga.
Selama lima tahun terakhir, dari total 44 juta anak muda Indonesia, golongan NEET memakan porsi rentang 21,8% hingga 24,3%, dengan puncaknya pada tahun 2020. Pada tahun 2023, Provinsi Sulawesi Utara mencatatkan angka NEET tertinggi sebesar 33,5%, sementara DI Yogyakarta mencatat angka terendah sebesar 10,7%.
NEET disebut sebagai “bom waktu” yang jika tidak segera diatasi, akan berdampak pada gejolak sosial-politik, mengancam bonus demografi, mimpi Indonesia emas 2045 dan keberlanjutan negara karena kurangnya pemuda kompeten dan produktif.
Jumlah ini tergolong signifikan, terutama dalam dua tahun terakhir di mana porsi NEET di Indonesia melebihi rata-rata NEET global. Pada 2023, misalnya, rata-rata NEET global adalah 21,6%, sementara Indonesia mencapai 22,3%.
Gelombang NEET lebih banyak terjadi pada negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah yang memiliki pertumbuhan ekonomi rendah. Di negara-negara ini, penyerapan tenaga kerja rendah, terutama di sektor formal.
Menurut Kementerian Ketenagakerjaan, penyebab utama munculnya golongan NEET adalah anak muda yang masih mencari dan belum kunjung mendapat pekerjaan. Kesulitan ini disebabkan ketidaksesuaian pendidikan yang didapat anak muda dengan lapangan pekerjaan dan kebutuhan industri.
Selain itu, terdapat ketidaksetaraan kesempatan dalam pekerjaan dan pendidikan terutama bagi perempuan (26,5% anak muda perempuan masuk golongan NEET, sedangkan laki-laki 18,21%), disabilitas, dan mereka yang memiliki pengalaman kerja minim.
Jika kondisi ini tidak segera diatasi, maka ancaman terhadap stabilitas sosial dan ekonomi di masa depan akan semakin besar, sehingga mimpi Indonesia Emas di 2045, saat Indonesia berusia 100 tahun bisa gagal dan berubah menjadi Indonesia cemas.
Tinggalkan Balasan